Tampilkan postingan dengan label sulawesi tengah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sulawesi tengah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Agustus 2012

Lagu-lagu Pop Poso (Sulawesi Tengah)

Lagu-lagu Pop Poso (Sulawesi Tengah)


Side A:
01. Pue (Tuhan)
02. Kasoyo Ndeme
03. Wati Ntowendaya
04. Ngayu Mawo Ndaya
05. Wose
06. Ri Pantada Ku

Side B:
01. Ine (Mama)
02. Ngayu Topongkambi
03. Matia Ndano
04. Auliumo Waikamo Liu
05. Yondo Pamona
06. Towe Ndaya


Lirik lagu dan artinya sebagai berikut:

Side A:


PUE (TUHAN)

(Cipt. Abdi Koeswandi)

Pue (Tuhan)
Kumeboo rikomi Pue (Kuberseru padaMu Tuhan)
Yaku mekakai rikomi (Aku berdoa padaMu)
Juku towemi rikami (Cukup kasihMu pada kami)
Tiku lino kuasami (KuasaMu melingkupi dunia)

Pue (Tuhan)
Ndisokomo pale anami (Sambutlah tangan anakMu)
Ma’i ndisiloni rayaku (Datanglah menerangi hatiku)
Komi Pue silo ngkatuwuku (Engkau Tuhan pelita hidupku)

Undemo Pue riraya ngkatuwu (Pujilah Tuhan di dalam hidupmu)
Undemo kabangke to’oa (Pujilah kebesaran namaNya)
Da ndiendo riraya ntetala (Ingatlah dalam pekerjaan)
Dongemo wa’a mparenta’a (Dengarlah semua perintahNya)

Pue (Tuhan)
Waika ri kami katodo (Berilah pada kami ketenteraman)
Danaka lindo katuwuku (Supaya tenang hidupku)
Komi Pue silo ngkatuwuku (Engkau Tuhan pelita hidupku)


KASOYO  NDEME (MATAHARI  TERBENAM

(Cipt. Yustinus Hokey)


Rida kasoyo ndeme (Saat matahari terbenam)
Pari ndaya matowe (Susah hati mengenang)
Impiamo wo’u dore (Kapan lagi kawan)
Kita damo mbeole (Kita akan berjumpa)

Ku’o dente saoyo (Kadang-kadang aku mengeluh)
Tuwu bemo tumoro (Hidup tak lagi menentu)
Nakeni ndeme dasoyo (Seiring matahari akan terbenam)
Ewa dasangkaya koro (Seperti . . . . . . . . . . .)

Kumetango riuntu ndano (Kulihat di ujung danau)
Jamo limu moya yondo (. . . . . . . . . .)
Kumeode kume boo (Kumengeluh kumemanggil)
Bemo kudongemesono (Tidak kudengar sahutan)

Jamo rio ndandopo (. . . . . . . . . .)
Kupabule remawo (Kulepaskan rindu)
Pande dana polanto (. . . . . . . . . .)
Raya kuja beinco (Hatiku tak sampai)


WATI  NTOWENDAYA (WATI  KEKASIH  HATI)

(Cipt. Yustinus Hokey)

Poilinya ue lene mo balungke (Mengalirnya air mata menurun)
Ngoyo pai tampe nce’e napolese (Lembah dan dataran itu yang disukainya)

Mau megolili benapo mapari (Walaupun memutar tidaklah sukar)
Anu na tunggai datudu ritasi (Yang dilewatinya sampai ke laut)

Wati ntowendaya mbe’i mo kala tunya (Wati kekasih hati di mana tenggelamnya)
Ri’o runtasi untu ngkoronya (Di batas laut ujung sungainya)

Kuwali ncilingi risuo liku mbe’i (Kembali kucari di sekitarnya)
Ntano bekuncani risiko tua’i (Padahal tidak kukenal engkau adinda)

NGAYU  MAWO  NDAYA (LAGU  KERINDUAN  HATI)

(Cipt. Pance)

Kudonge mowotu mo wo’u (Kudengar berbunyi lagi)
Ngayu au lawi re’e rirayaku (Lagu yang memang ada di hatiku)
Kabata ndayaku juku juku risiko (Seluruh hatiku hanya padamu)
Simpoyunu uja kawesi-wesi (Seperti hujan mengibas-ngibas)

Kutumangi metitiode (Kumenangis tersedu-sedu)
Japodo koromu kupomawo (Cuma dirimu yang kurindukan)
Ire’i japodo ngkalioku mopea (Di sini hanya kusendiri menunggu)
Dajela ri pontu ngkatuwu (Sampai di akhir hidupku)

Rirayaku bere’e ntaninya podo koromu (Di hatiku tak ada yang lain selain dirimu)
Sikomo silo toweku (Engkaulah pelita hatiku)
Rirayaku towendayaku risiko bebali (Di hatiku kerinduanku padamu tak terhingga)
Ja koromu petionda ntoweku (Hanya dirimu tumpuan rinduku)


WOSE (DAYUNG)

(Cipt. Yustinus Hokey)

Wose, wose toto katando bone (Dayung, dayung sampai ke tepi pantai)
Ne’e, ne’e malinga posumomba (Jangan, jangan melupakan . . . . . . . . .)
Bale pakadago ka’io bale (Teman, hati-hati ya teman)
Duanga, duanga boi teparampe (Perahu, perahu akan kandas)

Wose ka pakajoli nawui dongi (Dayunglah cepat menuju tujuan)
Toto katando bone (Sampai ke tepi pantai)
Dago, pakadago naka sore (Baik, hati-hatilah supaya tiba)
Riwingke, riwingke anu da pesonda (Di tepi, di tepi tempat untuk berlabuh)


RI  PANTADA  KU (DI  PENANTIANKU)

(Cipt. Abdi Koeswandi)

Re’i ri kasoa mbengi se’i (Di sini di keheningan malam ini)
Ngkalio kupatada siko (Sendiri kunanti engkau)
Kumetango ri sondaka (Kulihat di . . . . . . . . .)
Mpia karatamu (Kapan kedatanganmu)

Mopea ngkalio oh pindongo (Menunggu sendiri oh kasihan)
Bara nurata ndaya toweku (Mungkin kau rasakan rinduku)
Da balimo wengi se’i (Hampir berakhir malam ini)
Siko ja bejela (Engkau tak datang)

Dore mpia pewalilimu (Entah kapan kembalimu)
Masaemo kupatada (Sudah lama kunanti)
Manoro mawo raya se’i (Betapa rindu hati ini)
Mawowemo rayaku mopea (Bosan hatiku menunggu)



Sisi B:

INE (IBU)

(Cipt. Yustinus Hokey)

Ine, ndi to’o kaku yowe ngkatuwu ( Ibu, katakan padaku arti hidup)
Nakapo dosa mba’a jaya kululu (Supaya cuma satu jalan yang kuikuti)

Ine, parindayami banya sakodi (Ibu, kesusahan hatimu bukanlah sedikit)
Ua katowemi ri yaku anami (Karena kasih sayangmu padaku anakmu)

Yaku mekakai ndati Pue makuasa (Aku berdoa kepada Tuhan maha kuasa)
Dana kandawai dakaroso ntano ana (Agar diberi kekuatan jiwa)
Lawi beku koto damacili towendaya (Memang aku tidak dapat membalas kasihmu)
Rikupaba ngani katuwuku bepagana (Di dalam mengisi hidupku belum cukup)

Ine, wa’anya ko mi kupantunggai (Ibu, hanya engkau harapanku)
Pesili ri ra ngkatuwuku anami (Masuklah dalam hidupku anakmu)



NGAYU  TOPONGKAMBI (NYANYIAN  GEMBALA)

(Cipt. Filly L. / Abdi K.)

Olemo dolidintanata (Lihatlah keindahan tanah kita)
Tepapoede lidanya (Deretan sawahnya)
Ri buyu pai ri ratonya (Di gunung maupun di lembahnya)
Lau lipu anu maramba (Ada kampung yang indah)

Koro ue meawa (Batang air yang menawan)
Wa’antonci mowotu molega (Burung-burung berbunyi bermain)
Ma’ai kamawo ndaya (Besar kerinduan hati)
Kalau ine papa mopea (Di sana ibu bapak menunggu)

Pongayu topongkambi (Nyanyian gembala)
Oninya kudonge ma’ai (Bunyinya kudengar merdu)
Mebo’o ri peode (Memanggil di peristirahatan)
Liputa meinondo meade (Kampung kita . . . . . . . . . .)


MATIA  NDANO (MUTIARA  DANAU)

(Cipt. Yustinus Hokey)

Sapesa pelelinya wingke ndano (Sekeliling pinggiran danau)
Anuku powanimpo dago (Yang sungguh kubanggakan)
Tesambu nika matia mengkido (Tersembunyi mutiara berkilau)
Limbayo mpeawanya rano Poso (Bayangan kejernihan danau Poso)

Mbe’i be dangkuo ndongi (Bagaimana tidak ku. . . . . . . . . .)
Lesemo limbayo mau riwani (Indahnya bayangan walaupun malam)

Matia siko kupanganta nondo (Mutiara engkau kuharapkan)
Ewada pesindi gononggo (Seperti . . . . . . . .)
O … daka lindo ndaya mawo (O … akan tenang hati yang rindu)
Jarisi komatia ndano Poso (Akan engkau mutiara danau Poso)

 


AULIUMO  WAIKAMO  LIU (YANG  LALU  BIARLAH BERLALU)

(Cipt. Abdi Koeswandi)

Ri karanindi wengi (Di kedinginan malam)
Uja menau wo’u bebali (Hujan turun lagi)
Yaku rei ngkalio (Aku di sini sendiri)


Bara daku popea (Mungkin akan kutunggu)
Mpowuro mai wo’u pai rayaku (Pagi datang lagi tapi hatiku)
Bemo tumoro wo’u (Tidak menentu lagi)

Katuwu se’i dakubali saka (Hidup ini akan kukembalikan)
Mawowemo mopea (Sudah bosan menunggu)
Masaemo ire’i siko ja bejela (Sudah lama di sini kau tak datang)
Benu ratandaya, oh … (Tidak kau rasakan, oh …)

Se’i kuparindaya  (Kesusahan hatiku)
Bere’e yowe mopea (Tidak ada guna menunggu)
Au liumo (Yang sudah berlalu)
Waikamo napa liu (Biarlah ia berlalu)


YONDO  PAMONA (JEMBATAN  PAMONA)

(Cipt. Yustinus Hokey)

Yondo Pamona yondo kupowani (Jembatan Pamona jembatan kukagumi)
Ewako loro mara tete dindi (Seperti karet tertarik panjang)
Riaranya majoli moili (Di bawahnya arus mengalir)
Uemara nindi madolidi (Air dingin dan jernih)

Ungkari kalawanya ane kutango (Dari kejauhan kalau kulihat)
Marawu rawu mo lanto lanto (Buih-buih timbul)
Nce’e jasa mba’a mba’a yondo (Itulah satu-satunya jembatan)
Ri untu ngkorom Poso (Di atas sungai (danau) Poso)

Kupowani siko yondo Pamona (Kukagumi engkau jembatan Pamona)
Pamona towo tenjai Tentena (Pamona di seberang Tentena)
Siko nabangkei ntau rata (Engkau disanjung orang yang datang)
Leseda pompali ndondaya (Baik untuk menenangkan hati)


TOWE  NDAYA (HARAPAN  HATI)

(Cipt. Abdi K. / Filly L.)

Pedongekamo mpodago (Dengarkan baik-baik)
Pe’ode inondo ndaya (Keluhan (isi) hatiku)
Ri semamo petiondaku (Kepada siapa aku mengharap)
Podo risiko ngkaliomu (Hanya padamu seorang)
Lengkomu inosa ntoweku (Gerak-gerikmu napas hidupku)
Koromu katudu ndayaku (Dirimu tumpuan hatiku)

Kupopea ri ka’inondo (Kutunggu di . . . . . . . .)
Dakajela intumpo ngkoro mawongko (Kedatangan pemilik diri)
Rayaku pompalindo jelamo (Senang hatiku penghibur hati telah datang)

Kamanondo mpeolemu (Caramu melirik)
Mangalengko inosaku (Menggerakkan nadiku)
Kasamba’a ntowe ndaya (Satu-satunya harapan hati)
Mota’a rikatuwuta (Nampak di hidup kita)
Bunga petaka ndayaku (Bunga tempat melekatnya hatiku)
Risikomo pura pura (Hanya kepadamu seluruhnya)

Jumat, 17 Agustus 2012

Provinsi Sulawesi Tengah

Provinsi Sulawesi Tengah


Nama Provinsi : Sulawesi Tengah
Tanggal Berdiri (Hari Jadi) : 13 April 1964
Dasar Pendirian : UU No. 2 tahun 1964
Ibukota : Palu
Luas Wilayah : ± 68.089 km²
Jumlah Penduduk : 2.242.914 (sensus tahun 2004)
Letak Geografis : 2°22’ Lintang Utara - 3°48’ Lintang Selatan dan 119°22’-124°22’ Bujur Timur
Terletak di Pulau Sulawesi
Jumlah Daerah Tingkat II : 10 Kabupaten dan Kota
Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah
Alamat: Jalan Dr. Sam Ratulangi 101, Palu
Telepon : 0451-451311
Fax : 0451-423612
Email : 
Website : http://www.sulteng.go.id

Daerah Tingkat II nya:
1. Kabupaten Banggai
2. Kabupaten Banggai Kepulauan (disingkat Bangkep)
3. Kabupaten Buol
4. Kabupaten Donggala
5. Kabupaten Morowali
6. Kabupaten Parigi Moutong (disingkat Parimo)
7. Kabupaten Poso
8. Kabupaten Tojo Una-una (disingkat Touna)
9. Kabupaten Toli-toli
10. Kota Palu
(Peta diambil dari website KPU)

Arti Lambang Provinsi:
Lambang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1969 tanggal 3 Oktober 1969.
Bentuk dari lambang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah adalah symbol bentuk jantumg,melambangkan bahwa isi dari pada lambang ini tertanam dan bersumber dari hati rakyat Sulawesi Tengah.
Warna yang digunakan pada dasar Lambang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah ialah : Biru Langit dan Warna Kuning Emas pada Bintang dan Buah Padi dan Warna Biru Laut pada gelombang.
Warna Biru Melambangkan kesetiaan (pada daerah, tanah air dan cita-cita) dan juga melambangkan cita-cita yang tinggi.
Warna Kuning melambangkan Kekayaan,keagungan dan keluhuran budi.
Warna Merah pada tulisan “Sulawesi Tengah” dengan dasar warna putih melambangkan keberanian dan kesatrian yang didasarkan atas hati yang suci,keiklasan dan kejujuran.
Warna Hijau pada buah dan daun kelapa serta kelopak kapas, melambangkan kesuburan, dan kemakmuran, dengan bumi yang subur kita menuju pada kemakmuran. Warna Coklat pada batang kelapa melambangkan ketenangan.
Lambang Daerah Sulawesi Tengah dilukiskan dengan pohon kelapa yang di samping merupakan modal untuk daerah ini, juga melambangkan kesediaan untuk mengorbankan segala-galanya untuk mencapai cita-cita.
Seluruh bagian pohon kelapa sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Ketenangan dan tawakal dalam menghadapi segala tantangan.
Pucuk yang lurus menunjuk bintang melambangkan keteguhan hati dalam usaha mencapai cita-cita hidup.
Lambang daerah propinsi Sulawesi Tengah dijiwai oleh Pancasila yang jelas terlukis pada bintang segi lima daun kelapa lima helai, dan buah kelapa lima buah. Lebih jauh hal ini memberikan pengertian bahwa dengan jiwa Pancasila, di atas relnya/jalanya pancasila, kita hendak mencapai cita-cita negara kebangsaan yang adil dan makmur diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Garis gelombang dua buah dengan masing-masing enam dan empat jalur gelombang memberikan pengertian akan sifat maritim dari daerah Sulawesi Tengah dan di samping kekayaan alam kita, laut di sekitarnya merupakan modal besar pula dalam usaha mendatangkan kemakmuran di Sulawesi Tengah.
Padi dan daun merupakan lambang umum kemakmuran. Jumlah padi dan kapas masing-masing sembilan belas dan tiga belas buah gerigi buah kapas ada empat buah.
Angka 13 pada jumlah buah kapas, 4 pada gerigi kelopak kapas, 19 dan 6 serta 4 pada jumlah buah padi dan galur gelombang, memberikan pengertian tanggal 13, bulan April, Tahun 1964, yaitu tanggal, bulan dan tahun terbentuknya Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah.