Senin, 13 Agustus 2012

Mutilasi Pertama Yang Tercatat di Alkitab

Mutilasi pertama yang tercatat di Alkitab adalah di Kitab Hakim-hakim bab 19 dan 20. Tapi ini mutilasi bukan karena kejahatan, melainkan karena kemarahan, yaitu gundiknya mati diperkosa orang banyak, jadi karena marahnya dia memotong-motong tubuh gundiknya.
Kisah selengkapnya silakan baca:


Hakim-hakim 19:1-30
Perbuatan noda di Gibea

1)      Terjadilah pada zaman itu, ketika tidak ada raja di Israel, bahwa di balik pegunungan Efraim ada seorang Lewi tinggal sebagai pendatang. Ia mengambil seorang gundik dari Betlehem-Yehuda.
2)      Tetapi gundiknya itu berlaku serong terhadap dia dan pergi dari padanya ke rumah ayahnya di Betlehem-Yehuda, lalu tinggal di sana empat bulan lamanya.
3)      Berkemaslah suaminya itu, lalu pergi menyusul perempuan itu untuk membujuk dia dan membawanya kembali; bersama-sama dia bujangnya dan sepasang keledai. Ketika perempuan muda ini membawa dia masuk ke rumah ayahnya, dan ketika ayah itu melihat dia, maka bersukacitalah ia mendapatkannya.
4)      Mertuanya, ayah perempuan muda itu, tidak membiarkan dia pergi, sehingga ia tinggal tiga hari lamanya pada ayah itu; mereka makan, minum dan berlama di sana.
5)      Tetapi pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika orang Lewi itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada menantunya: “Segarkanlah dirimu dahulu dengan sekerat roti, kemudian bolehlah kamu pergi.”
6)      Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah keduanya bersama-sama. Kata ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu: “Baiklah putuskan untuk tinggal bermalam dan biarlah hatimu gembira.”
7)      Tetapi ketika orang itu bangun untuk pergi juga, mertuanya itu mendesaknya, sehingga ia tinggal pula di sana bermalam.
8)      Pada hari yang kelima, ketika ia bangun pagi-pagi untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu: “Mari, segarkanlah dirimu dahulu, dan tinggallah sebentar lagi, sampai matahari surut.” Lalu makanlah mereka keduanya.
9)      Ketika orang itu bangun untuk pergi, bersama dengan gundiknya dan bujangnya, berkatalah mertuanya, ayah perempuan muda itu, kepadanya: “Lihatlah, matahari telah mulai turun menjelang petang; baiklah tinggal bermalam, lihat, matahari hampir terbenam, tinggallah di sini bermalam dan biarlah hatimu gembira; maka besok kamu dapat bangun pagi-pagi untuk berjalan dan pulang ke rumahmu.”
10)  Tetapi orang itu tidak mau tinggal bermalam; ia berkemas, lalu pergi. Demikian sampailah ia di daerah yang berhadapan dengan Yebus – itulah Yerusalem –; bersama-sama dengan dia ada sepasang keledai yang berpelana dan gundiknya juga.


11)  Ketika mereka dekat ke Yebus dan ketika matahari telah sangat rendah, berkatalah bujang itu kepada tuannya: “Marilah kita singgah di kota orang Yebus ini dan bermalam di situ.”
12)  Tetapi tuannya menjawabnya: “Kita tidak akan singgah di kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita akan berjalan terus sampai ke Gibea.”
13)  Lagi katanya kepada bujangnya: “Marilah kita berjalan sampai ke salah satu tempat yang di sana dan bermalam di Gibea atau di Rama.”
14)  Lalu berjalanlah mereka melanjutkan perjalanannya, dan matahari terbenam, ketika mereka dekat Gibea kepunyaan suku Benyamin.
15)  Sebab itu singgahlah mereka di Gibea, lalu masuk untuk bermalam di situ, dan setelah sampai, duduklah mereka di tanah lapang kota. Tetapi tidak ada seorangpun yang mengajak mereka ke rumah untuk bermalam.


16)  Tetapi datanglah pada malam itu seorang tua, yang pulang dari pekerjaannya di ladang. Orang itu berasal dari pegunungan Efraim dan tinggal di Gibea sebagai pendatang, tetapi penduduk tempat itu adalah orang Benyamin.
17)  Ketika ia mengangkat mukanya dan melihat orang yang dalam perjalanan itu di tanah lapang kota, berkatalah orang tua itu: “Ke manakah engkau pergi dan dari manakah engkau datang?”
18)  Jawabnya kepadanya: “Kami sedang dalam perjalanan dari Betlehem-Yehuda ke balik pegunungan Efraim. Dari sanalah aku berasal; aku tadinya pergi ke Betlehem-Yehuda dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumah. Tetapi tidak ada orang yang mengajak aku ke rumahnya,
19)  walaupun ada papdaku jerami dan makanan untuk keledai kami, pula roti dan anggur untuk aku sendiri, untuk hambamu perempuan ini dan untuk bujang yang bersama-sama dengan hambamu ini; kami tidak kekurangan sesuatu.”
20)  Lalu berkatalah orang tua itu: “Jangan kuatir! Segala yang engkau perlukan biarlah aku yang menanggung, tetapi janganlah engkau bermalam di tanah lapang kota itu.”
21)  Sesudah itu dibawanyalah dia masuk ke rumahnya, lalu keledai-keledai diberinya makan; maka merekapun membasuh kaki, makan dan minum.


22)  Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya, datanglah orang-orang kota itu, orang-orang dursila, mengepung rumah itu. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: “Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia.
23)  Lalu keluarlah pemilik rumah itu menemui mereka dan berkata kepada mereka: “Tidak, saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat; karena orang ini telah masuk ke rumahku, janganlah kamu berbuat nota.
24)  Tetapi ada anakku perempuan, yang masih perawan, dan juga gundik orang itu, baiklah kubawa keduanya ke luar; perkosalah mereka dan perbuatlah dengan mereka apa yang kamu pandang baik, tetapi terhadap orang ini janganlah kamu berbuat noda.”
25)  Tetapi orang-orang itu tidak mau mendengarkan perkataannya. Lalu orang Lewi itu menangkap gundiknya dan membawanya kepada mereka ke luar, kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman itu mereka mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada waktu fajar menyingsing mereka melepaskan perempuan itu.
26)  Menjelang pagi perempuan itu datang kembali, tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang itu, tempat tuannya bermalam, dan ia tergeletak di sana sampai fajar.


27)  Pada waktu tuannya bangun pagi-pagi, dibukanya pintu rumah dan pergi ke luar untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi tampaklah perempuan itu, gundiknya, tergeletak di depan pintu rumahnya dengan tangannya pada ambang pintu.
28)  Berkatalah ia kepada perempuan itu: “Bangunlah, marilah kita pergi.” Tetapi tidak ada jawabnya. Lalu diangkatnyalah mayat itu ke atas keledai, berkemaslah ia, kemudian pergi ke tempat kediamannya.
29)  Sesampai di rumah, diambilnyalah pisau, dipegangnyalah mayat gundiknya, dipotong-potongnya menurut tulang-tulangnya menjadi dua belas potongan, lalu dikirimnya ke seluruh daerah orang Israel.
30)  Dan setiap orang yang melihatnya, berkata: “Hal yang demikian belum pernah terlihat, sejak orang Israel berangkat keluar dari tanah Mesir sampai sekarang. Perhatikanlah itu, pertimbangkanlah, lalu berbicaralah!”


Hakim-hakim 20: 1-18
Peperangan orang Israel melawan bani Benyamin

1)      Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa.
2)      Maka berdirilah para pemuka dari seluruh bangsa itu, dari segala suku orang Israel, memimpin jemaah umat Allah yang jumlahnya empat ratus ribu orang berjalan kaki, yang bersenjatakan pedang.
3)      Kedengaranlah kepada bani Benyamin, bahwa orang Israel telah maju ke Mizpa. Berkatalah orang Israel: “Ceritakan bagaimana kejahatan itu terjadi.”
4)      Lalu orang Lewi, suami perempuan yang terbunuh itu menjawab: “Aku sampai dengan gundikku di Gibea, kepunyaan suku Benyamin untuk bermalam di sana.
5)      Lalu warga-warga kota Gibea itu mendatangi aku dan mengepung rumah itu pada malam hari untuk menyerang aku. Mereka bermaksud membunuh aku, tetapi gundikku diperkosa mereka, sehingga mati.
6)      Maka kuambillah mayat gundikku, kupotong-potong dia dan kukirimkan ke seluruh daerah milik pusaka orang Israel, sebab orang-orang itu telah berbuat mesum dan berbuat noda di antara orang Israel.
7)      Sekarang kamu sekalian, orang Israel, telah ada di sini. Berikanlah di sini pertimbanganmu dan nasihatmu.”
8)      Kemudian, bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: “Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya.
9)      Inilah yang akan kita lakukan kepada Gibea: memeranginya, dengan membuang undi!
10)  Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel.”
11)  Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak.

pernah saya tulis di yohanesss.multiply.com bulan September 2011

Kriteria MLM Yang Baik

(Mengutip Majalah Duit edisi September 2011)

Pertanyaan:
Saya seorang ibu rumah tangga yang ingin menambah uang belanja dengan mencari penghasilan tambahan. Saya tertarik untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengikuti tawaran suatu Multi Level Marketing supplemen kesehatan dari luar negeri. Yang ingin saya tanyakan adalah:
1. Apakah berbisnis MLM prospeknya masih cerah?
2. Apakah ada kriteria memilih MLM yang baik?
3. Apakah MLM memang bagian dari franchise (waralaba) mengingat saya pernah menjumpai MLM yang menyebut sistemnya sebagai personal franchise.
(Ida - Bekasi)

Jawaban:
MLM, network marketing, atau apapun istilahnya pada intinya adalah penjualan secara langsung (direct selling). Kunci keberhasilannya adalah seberapa besar kemampuan Anda untuk membukukan penjualan, karena dari penjualan itulah besaran komisi Anda dihitung.
        Untuk dapat melakukan penjualan spektakuler, perlu kombinasi tiga hal yang harus saling mendukung, yakniproduk istimewa yang dapat diterima pasar, sistem penjualan yang baik dari Prinsipal, dan tentunya semangat juang, kemampuan menjual, dan kegigihan Anda sendiri sebagai penjualnya. Jika Anda, dan prinsipal MLM Anda tentunya, mempunyai dan mampu menyinergikan tiga hal tersebut, maka prospek bisnis MLM Anda bisa dibilang masih terbuka lebar.
        Untuk memilih MLM yang baik ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan:

1. Barang yang ditawarkan memang kebutuhan sehari-hari dan memungkinkan pembelian berulang (repeat order) dalam waktu dekat. Misalkan saja barang kebutuhan sehari-hari atau suplemen kesehatan. Hal ini penting untuk memastikan volume pasar produk Anda cukup besar dilihat dari jumlah orang yang membutuhkan produk dan seberapa sering mereka melakukan pembelian ulang.

2. Pastikan barang yang Anda jual sudah mempunyai izin-izin yang diperlukan, seperti misalnya makanan dan obat-obatan harus mendapatkan izin edar dari BP-POM. Anda harus waspada jika produk yang Anda jual belum memiliki perizinan lengkap, jika sampai jatuh korban akibat mengkonsumsi produk Anda, salah-salah Anda malah bisa dilaporkan ke yang berwajib.

3. Pilihlah MLM yang menawarkan produk dengan harga yang wajar. Memang umumnya MLM menjual produk dengan harga tinggi/premium karena harus membayar komisi yang besar bagi para agennya. Namun jika sampai harga yang dipatok sudah keterlaluan tingginya - apalagi produk yang ditawarkan biasa-biasa saja - pelanggan justru malah kapok membeli dan reputasi produk Anda malah jatuh.
4. Pilihlah MLM yang sudah terdaftar di Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) sehingga jika terjadi masalah, asosiasi dapat membantu Anda dalam melakukan penyelesaian.

Jika Anda bertanya mengenai hubungan MLM dengan Franchise/Waralaba, maka keduanya adalah sama-sama skema distribusi barang dengan memanfaatkan hak atas karya intelektual berupa hak merek milik prinsipal. Selain itu, konsep keduanya sangatlah berbeda. Dalam inlu franchising sendiri tidak dikenal istilah personal franchise sehingga jika ada yang mengistilahkan MLM sebagai personal franchise, bisa jadi MLM yang bersangkutan sekadar "meminjam" istilah Franchise/Waralaba yang memang sedang booming di masyarakat.
(Pietra Sarosa - SAROSA Consulting Group)


Migrasi dari yohaness.multiply.com September 2011

Bahasa Malaysia


Supaya tidak bertemu dengan PENYELUK SAKU, saya memutuskan untuk naik BAS PERSIARAN. Setelah melewati SELEKOH BERBAHAYA dan LALUAN SEHALA akhirnya tibalah kami di MEDAN KERETA. Sopir lalu menuju ke PERKHIDMATAN MEMBAIKI KERETA dan PERKHIDMATAN HAWA SEJUK KERETA sedangkan saya menuju ke pertokoan.

Karena lupa tidak bawa uang Ringgit, terpaksa saya ke PENGURUP WANG BERLESEN. Uang Rp 1.000.000 hanya dapat 300 Ringgit, padahal kalau beli di Yogya, 1 Ringgit tidak sampai Rp 3.000.
Banyak toko saya jumpai. Di Malaysia istilahnya “KEDAI.” Ada kedai MOTOSIKAL, kedai BEG, kedai KEK, kedai FOTOSTAT, kedai TELEPON BIMBIT, kedai RUNCIT dll. Saya membeli sabun dan SYAMPU ANTI KELEMUMUR.
Selesai acara wisuda anak saya, kami mengadakan kunjungan wisata ke Pulau Langkawi. Pulaunya kecil tapi sungguh rapi. Ada bangunan besar bertuliskan IBUPEJABAT POLIS, tapi saya tidak melihat seorang polisi pun di pulau ini kecuali pada malam hari mereka melakukan pemeriksaan di daerah keramaian. Pulau ini sangat aman, sehingga tidak perlu tukang parkir, alias parkir gratis. Patut diacungi jempol karena pemerintah tetap memperhatikan keselamatan rakyatnya dengan adanya BOMBA. Tak henti-hentinya pemerintah Malaysia mengadakan KEMPEN untuk mempromosikan negerinya.
Akhirnya tibalah saat untuk pulang dengan pesawat Air Asia yang sudah merajai angkasa Indonesia, jauh lebih unggul daripada Merpati. Sebelum berangkat diumumkan “TUAN-TUAN DAN PUAN-PUAN, pesawat akan segera berangkat. SILA kenakan TALI KELEDAR anda dst dst. Pintu KECEMASAN ada di depan, tengah dan belakang. Anda dilarang merokok. Merokok di dalam TANDAS akan mengaktifkan sinyal kebakaran.

G
L
O
S
S
A
R
Y

Penyeluk saku = copet
Bas persiaran = bis wisata
Selekoh berbahaya = tikungan berbahaya
Laluan sehala = jalan searah
Medan kereta = tempat parkir
Perkhidmatan = servis
Membaiki = memperbaiki
Hawa sejuk = AC
Pengurup wang berlesen = Licensed money changer
Kedai = toko
Motosikal = sepeda motor (dari kata motorcycle)
Beg = tas (dari kata bag)
Kek = roti (dari kata cake)
Fotostat = fotokopi
Telepon bimbit = telepon seluler
Runcit = kebutuhan sehari-hari
Syampu = shampo
Kelemumur = ketombe
Ibupejabat = markas besar
Polis = polisi (dari kata police)
Bomba = pemadam kebakaran
Kempen = kampanye (dari kata campaign)
Tuan-tuan dan puan-puan = bapak-bapak dan ibu-ibu
Sila = silakan (kita lebih sering menulis silahkan)
Tali keledar = sabuk pengaman
Pintu kecemasan = pintu darurat
Tandas = toilet

Tulisan ini adalah migrasi dari tulisan saya di yohanesss.multiply.combulan Oktober 2011 yang lalu.

Tradisi Tahun Baru Imlek

Tradisi Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek atau Sin Cia lebih dari sekedar urusan ang pau. Sin Cia adalah perayaan menyambut musim semi. Tibanya musim semi dirasakan sebagai sesuatu yang membawa kegembiraan, simbol tumbuhnya sesuatu yang baru dan memberikan harapan baru dalam hidup. Itulah mengapa Sin Cia disebut juga sebagai Chun Jie / Spring Festival. Perayaan Sin Cia dimulai pada hari pertama bulan kesatu (zheng yue) berdasar penanggalan tradisional Tionghoa, dan berakhir pada hari ke lima belas (lebih dikenal sebagai Lantern Festival / yuan xiao jie / cap go meh).

Merah adalah warna dominan pada perayaan Sin Cia. Merah identik dengan kebahagiaan, merah juga simbol dari kebaikan hati, kebenaran dan ketulusan hati. Selain itu bunyi karakter “merah” atau “hung” identik dengan karakter “makmur.” Itulah mengapa warna merah menjadi warna kesukaan masyarakat Tionghoa, apalagi pada masa perayaan Sin Cia.

Selain dari itu, menurut legenda, ribuan tahun silam ada makhluk ganas yang disebut sebagai Nien / Nian. Nien selalu datang ke desa-desa setiap hari pertama diawal tahun untuk memangsa hewan peliharaan, hasil panen, bahkan penghuni desa terutama anak-anak. Untuk melindungi diri, penghuni desa menyediakan makanan di depan rumah mereka untuk Nien. Setelah menyantap makanan yang disediakan, Nien akan pergi. Suatu waktu, mereka melihat Nien ketakutan melihat anak kecil berbaju merah.
Sejak saat itulah timbul kebiasaan untuk menggunakan / menempel kertas merah di rumah setiap Sin Cia. Selain itu penghuni desa juga membakar petasan (berwarna merah dan juga mengeluarkan bunyi) untuk menghalau Nien. Sejak saat itu Nien tidak berani datang mengganggu penduduk desa. Akhirnya Nien ditaklukan dan ditangkap oleh Hongjun Laozu (pendeta Daoist) dan dirubah menjadi gunung Hangjun Laozu.

Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam menyambut dan merayakan Sin Cia:
Membersihkan rumah: Sebelum tibanya tahun baru, sangat penting untuk memastikan rumah dalam kondisi bersih secara paripurna. Simbolisme membersihkan rumah dari semua ketidak beruntungan dari tahun lalu.

Mendekor rumah
: Pintu dan jendela di cat ulang (umumnya dan traditionally dengan warna merah). Selain itu pintu dan jendela di tempeli dengan kertas yang bertuliskan kata atau kalimat bermakna baik. Yang paling umum dan favorit ialah kertas dengan karakter “fu” atau “keberuntungan” Tidak sedikit yang sengaja menempelkannya secara terbalik. Kata “terbalik” kalau diucapkan ialah “dao” yang juga berarti “tiba,” jadi maknanya menjadi “keberuntungan tiba” atau “fu dao.

Membeli pakaian dan sepatu baru, menggunting rambut juga dilakukan sebagai manifestasi dari membuang kesialan dan awal baru yang baik

Makan malam reuni (nien yue fan) bersama seluruh anggota keluarga pada malam sebelum tahun baru. Ini sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru. Malam sebelum Sin Cia dikenal sebagai “chuxi” yang artinya “malam pergantian tahun.”

Melunasi utang: Kebiasaan untuk melunasi (paling tidak, mengurangi jumlah) utang sebelum Sin Cia dilandasi pada kepercayaan agar di tahun baru nanti kehidupan tidak dibebani dengan banyak utang.

Memberikan ang pau
: Tradisi memberikan ang pau / lai see /hong bao / fung bao kepada anak.-anak merupakan simbol dari “meneruskan” keberuntungan kepada generasi berikutnya.Umumnya pasangan yang sudah menikah dan orang tua memberikan kepada yang lebih muda dan belum menikah.
Ang pau juga dikenal dengan sebutan ya sui qian yang artinya “uang untuk menghilangkan roh jahat.”Jumlah uang yang diberikan harus genap (dihitung dari digit pertama) misalnya 20, 40, 60, dan seterusnya. Untuk ang pau tidak boleh angka ganjil (30, 50, 70, dan seterusnya) karena angka ganjil diberikan untuk bai pao (uang yang diberikan saat melayat kematian).

Memasang hiasan bunga Mei. Bunga Mei /Mei Hua /Plum Blossom merupakan bunga yang mekar pada musim semi, simbol dari adanya harapan pada saat susah dan penuh tantangan. Bunga Mei adalah simbol dari musim semi.

Menyiapkan dan menghidangkan makanan-makanan khas Sin Cia:
* Nian Gao atau kue keranjang. Disebut kue keranjang karena cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti kue. Gao juga homonim dengan kata “tinggi”, itulah mengapa kue keranjang sering disusun tinggi/bertingkat-tingkat. Makna di balik ini ialah pengharapan agar rezeki dan kemakmuran akan semakin tinggi. Pada masa silam, semakin tinggi susunan nian gao maka semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut.

* Ikan merupakan hidangan favorit, apalagi di hari Sin Cia. Ikan adalah simbol rezeki karena bunyi karakter “ikan (yu)” sama seperti karakter :”berlebih.” Makanya ada ungkapan “nian nian you yu” yang artinya “setiap tahun berlebih (rezekinya).”

* Bakmi, hidangan wajib yang juga favorit ini disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir (dalam satu untaian panjang). Ini simbol dan harapan agar dikaruniai panjang umur.”

* Yu Sheng atau Yee Sang adalah hidangan salad ikan, yang dipercaya sebagai hidangan yang dapat membawa keberuntungan.

* Jeruk Bali. Dalam bahasa Mandarin, buah jeruk disebut sebagai “ji” yang homonin dengan kata “selamat,” Jeruk Bali merupakan jenis jeruk yang berukuran paling besar, jadi berarti “besar selamat alias amat selamat.” Dipilih yang masih ada daun di dekat buahnya, yang berarti “amat selamat nya akan terus bertumbuh/berlangsung sepanjang tahun.” Selain jeruk Bali, jeruk dari jenis Mandarin dan Sunkist juga menjadi favorit. Warnanya yang kuning (mirip warna emas) menyimbolkan kemakmuran.

* Aneka permen dan makanan kecil manis lainnya. Semuanya ini agar kehidupan senantiasa “manis” pada tahun baru mendatang.

Selama perayaan Sin Cia, terdapat beberapa hal yang ditabukan
Menyapu dianggap dapat “menyapu” rezeki keluar dari rumah, memecahkan barang juga berarti “memecahkan” kebahagiaan dalam hidup. Begitu pula dengan penggunaan benda tajam (pisau, gunting), dianggap tidak baik karena dapat “memotong” keberuntungan. Itulah sebabnya aktivitas di atas diusahakan tidak dilakukan/terjadi pada saat Sin Cia.

15 Hari Perayaan Tahun Baru
Secara tradisional, perayaan Sin Cia berlangsung selama 15 hari, kegiatan yang dilakukan adalah:
Hari ke-1, sejak tengah malam menjelang Sin Cia, upacara sembahyang menyambut kedatangan dewa-dewi dilakukan. Pintu, jendela dibuka, lampu-lampu dinyalakan. Agar keberuntungan tahun baru masuk dan kehidupan terang sepanjang tahun. Upacara menyambut tahun baru juga banyak dilakukan di rumah-rumah ibadah. Hari ini, pakaian baru dikenakan, yang lebih muda mencari yang lebih tua di keluarga dan mengucapkan “Xin Nian Kuai Le (Mandarin) / Sin Ni Khoai Lok (Hokkian) / San Nin Faai Lok (Cantonese)”yang artinya “Selamat Tahun Baru.” Sudah menjadi tradisi, orang tua akan memberikan ang pau kepada anak-anaknya. Yang lebih tua juga memberikan ang pau kepada yang lebih muda. Hari pertama ini aktivitas dan kunjungan umumnya difokuskan kepada keluarga inti dan dekat.

Hari ke-2, hari dimana melakukan sembahyang kepada dewa-dewi dan leluhur. Mengucap syukur atas berkah dan lindungan yang diberikan. Mengenang leluhur yang sudah tiada, yang mana tanpa mereka tidak akan ada diri kita. Bagi pebisnis dari etnik Cantonese (Kong fu), hari ini mereka melakukan doa “Hoi Nin” dengan pengharapan agar bisnis mereka lebih berkembang dan sukses dan memulai aktivitas bisnis lagi. Hari ini juga dipakai untuk mengunjungi dan bersilahturahmi dengan handai taulan dan sahabat.

Hari ke-3 dan ke-4, umumnya kedua hari ini kurang “diminati” dan dianggap tidak baik untuk menyambangi sahabat dan relasi, juga tidak “bagus” untuk memulai aktivitas bisnis. Latar belakang nya ialah karena :

1. Kedua hari ini dikenal sebagai “chi kou,” yang artinya “mudah terlibat perdebatan”, penyebabnya karena hidangan goreng yang dikonsumsi selama kedua hari pertama Sin Cia.

2. Keluarga yang salah satu anggota dekatnya meninggal selama 3 tahun terakhir tidak akan keluar rumah, ini sebagai penghormatan kepada almarhum/mah. Jadi hari ketiga Sin Cia umumnya dipakai untuk berziarah ke kuburan, mendoakan anggota keluarga yang sudah tiada.

Hari ke-5, bagi komunitas yang berada atau berasal dari Tiongkok Utara, hari ini mereka menyantap jiao ze (dumpling).pada pagi hari kelima ini. Hari ini dikenal sebagai “po wu” atau “break five.” Hari ini juga adalah hari ulang tahun Dewa Kekayaan, jadi bagi yang percaya akan melakukan sembahyang khusus bagi Dewa Kekayaan. Umumnya hari ini semua kegiatan bisnis sudah buka dan dimulai lagi. Aktivitas menyapu sudah diperkenankan lagi.

Hari ke-6, diisi dengan mengunjungi rumah ibadah, famili dan teman yang masih belum sempat ditemui.

Hari ke-7, disebut sebagai “ren ri” atau “hari ulang tahun semua orang.” Hari ini dianggap sebagai hari dimana semua orang bertambah usianya. Hari dimana hidangan yu sheng (salad ikan) disantap. Orang-orang akan berkumpul dan bersama-sama melambungkan yu sheng dan berharap agar kekayaan dan kemakmuran yang tinggi dan berkesinambungan. Yu sheng kalau diucapkan sama bunyinya dengan “bertambah surplusnya.”

Hari ke-8, bagi orang-orang Hokkian, hari ini mereka mengadakan makan malam reuni lagi.

Hari ke-9, Hari ulang tahun Dewa Jade Emperor, jadi saatnya untuk memanjatkan doa dan mengucapkan selamat ulang tahun bagi Dewa Jade Emperor. Hari ke-9 ini disebut-sebut juga sebagai hari Sin Cia-nya orang Hokkian. Ini disebabkan pada hari ini orang Hokkian melakukan sembahyang mengucap syukur kepada Thian (Tuhan) dengan sajian utamanya adalah tebu. Tebu dipakai dan diperingati, karena berabad-abad silam suku Hokkian dapat selamat dari pembantaian dengan bersembunyi di perkebunan tebu.

Hari ke-10 sampai hari ke-12, hari-hari meneruskan perayaan Sin Cia dengan keluarga dan sahabat.

Hari ke-13, hari dimana makanan vegetarian  (cia cai) dikonsumsi. Ini perlu dilakukan untuk “membersihkan” perut setalah dua minggu mengkonsumsi aneka makanan.

Hari ke-14, dipakai untuk menyiapkan diri untuk perayaan Cap Go Meh.

Hari ke-15, menandakan malam dengan bulan purnama yang pertama kalinya setelah Sin Cia, makanya disebut juga sebagai yuan xiao jie (malam pertama bulan purnama) atau Cap Go Meh (dialek Hokkian). Makan malam reuni diadakan lagi. Tang yuen (semacam onde dengan isi), simbolisme dari bulan purnama dan kebersamaan dikonsumsi.

Selama Cap Go Meh, lampion menjadi hiasan utama. Orang-orang membawa lampion dan berdoa di rumah ibadah. Perayaan ini diasosiasikan sebagai membimbing roh-roh jahat dan tersesat agar dapat “kembali” ke sang Pencipta. Juga sebagai sarana untuk menciptakan hubungan yang baik antara individu, keluarga, alam semesta dan sang Pencipta agar cahaya/ terang (baca: kebaikan) selalu menyertai kita selama setahun..

Demikianlah perayaan Sin Cia diawali pada bulan baru di hari pertama dan berakhir pada bulan purnama di hari ke lima belas adalah tradisi dan perayaan yang kaya dan sarat dengan makna yang adhi luhur dan positif. Bukan sekedar hura-hura dan urusan memberikan ang pau saja.

“Xin Nian Kuai Le, Wan She Ru Yi” berarti “Selamat Tahun Baru, Semoga Semua Urusan Lancar.” “Gong Xi Fa Cai berarti “Selamat Tahun Baru, Semoga Sejahtera” adalah dua dari banyak ucapan selamat yang umum didengar selama perayaan Sin Cia.

“Selamat Sin Cia bagi yang merayakan, Semoga kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan selalu menyertai kita semua. Gong Xi Fa Cai!”.
(Artikel karangan Suhana)

Pernah saya tulis di blog saya yohanesss.multiply.com bulan Januari tahun 2012

Mengapa Dipilih Buah Jeruk

Bagi-bagi jeruk ke kerabat, teman dan tetangga adalah bagian dari tradisi Imlek yang sudah dilakukan sejak dahulu. Apakah arti dan maknanya?

Jeruk dalam bahasa Mandarin (Ju Zi) 橘子 disimbolkan sebagai harapan akan Keberuntungan  (Ji Li) 吉利.

Buah jeruk berasal dari pohon jeruk, dan pohon jeruk berasal dari bibit jeruk. Bibit jeruk berasal dari biji jeruk.Sebuah biji bisa menghasilkan banyak buah jeruk, dan satu buah jeruk menghasilkan banyak biji jeruk. Inilah yg dikatakan sebagai "keberuntungan yang tiada habis-habisnya 大吉大利 (da ji da li)".

Mereka yang giat dan rajin akan mengumpulkan biji jeruk untuk kembali ditanam di dalam lahan rumah, atau di kebunnya. Sampai saatnya tiba nanti akan menjadi pohon jeruk yang akan berbuah sangat banyak. Bila satu buah jeruk menghasilkan banyak sekali bibit jeruk, maka satu keranjang jeruk bila ditanam akan menjadi kebun jeruk. Ini adalah filosofi jaman dahulu di mana orang masih memiliki banyak tanah dan pekarangan yang luas.

Hanya permasalahan kita sekarang penghuni kota metropolitan, tidak memilik tanah atau kebun di pekarangan rumah sehingga biji sekeranjang jeruk akan berakhir di tong sampah. Jaman sekarang yang penting adalah uang. Mau makan jeruk tinggal beli jeruk, tanpa perlu menanam jeruk. maka jeruk tinggal menjadi simbol dari sebuah HARAPAN akan keberuntungan saja.

Rejeki itu datang dari usaha dan kerja keras, mendapatkan sesuatu harus disyukuri dan kembali berbuat kebajikan, untuk terus menanam di ladang yang subur, agar bila tiba saatnya, semua rejeki dan kebahagiaan tidak akan pernah habis dipanen.

Buah jeruk ada yang asam dan ada yang manis, Selain kebahagiaan dalam kehidupan ini, ada juga banyak masalah. Tetapi tidak selamanya hidup penuh dengan pahit getir, masih banyak kenangan manis yang bisa dipetik dan diperoleh. Bila yang ditanam adalah bibit unggul, hasilnya pasti akan unggul pula. Kebajikan jugg akan berbuah kebahagiaan.

Tulisan ini adalah migrasi dari blog saya yohaness.multiply.com

Watak Jawa: Jugul, Jegal, lan Jagal

Tulisan Dr. Suwardi Endraswara (Doktor mistik kejawen, penulis buku Ilmu Jiwa Jawa)
Dikutip dari koran Kedaulatan Rakyat Minggu 29 Juli 2012.
Siapa bisa bantu terjemahkan?

Manut angger-angger psikologi watak dening Ki Ageng Suryamentaram, ana watak telung perkara sing ora klebu kasinungan ngelmu begja. Bab iku uga diwahyakake dening Ki Grangsang Suryamentaram, putrane, jaman aku ditimbali mbabar psikologi Jawa ing Jalan Barito Jakarta sawetara wektu kepungkur. Wong Jawa, ujare bakal kedohan ngelmu begja lamun isih nindakake watak jugul, jegal lan jagal.

Sekawit, aku isih tidha-tidha. Apa bener wong Jawa duwe watak kang ala kaya ngono iku? Bareng aku dhewe nemahi lelakon, sing gepok senggol karo telung watak iku, lagi percaya. Wong Jawa pancen sok ndrawasi. Jlentrehe watak telung bab iku, bakal nuwuhake perkara anyar kang ngeres. Adoh seka ngelmu begja. Sebab, manut Ki Grangsang Suryamentaram, ngelmu begja bakal tumama marang wong sing ngerti marang kekurangane dhewe. Wong sing ngerti lupute dhewe, banjur gelem mawas dhiri. Adat saben, watak Jawa jugul, jegal lan jagal bakal nganggep dhirine ora tau salah.

                         * * *

Sepisan, bakal dakjarwani, dununge watak jugul, tegese bodho, goblog. Wong Jawa sing bodho, iku asrining nindakake telung perkara, yaiku: (1) tumindak sing sasar-susur, ora dinalar, kang bakal ngrugekake liyan, (2) tumindak sing gampang meri, drengki srei, jail methakil, lan menang-menange dhewe, (3) tumindak sing nggugu karepe dhewe, manut wudele, sing tanpa nggatekake karyenak tyasing sesama. Wong bodho kuwi sok keminter, kanggo nutupi gobloge.

Wong bodho, ing wewengkon budaya Jawa dikandhakake kaya kebo. Ing lagu Wajibe Dadi Murid, tinemu larik sing muni: suwe-suwe mundhak bodho plonga-plongo kaya kebo bo, bocah bodho dho, suk gedhe plonga-plongo kaya kebo. Kebo, ing konteks iki dianggep kewan sing bodho. Gampang dikeluhi. Kalamangsane disabeti, dinggo megawe, dinggo nggaru luku, lan rekasa uripe. Mergane, dheweke dianggep jugul, emoh mikir. Sing diujungake dawane sungu, mberik, nyudhang, lan mbijig. Yen ana wong liya bakal entuk kanikmatan, kebo asring mbijig-mbijig, sungu sing ditamakake. Iki tumindak sing bodho, sebab tanpa petung.

Wong Jawa asring kandha bodhone pitulikur. Mula ing lelagon Semut Ireng, ana larik sing muni: Kebo bongkang nyabrang kali bengawan. Yaiku, wong Jawa bodho, sing durung kukuh nyekeli agama. Dhasar kebo, ana unen-unen pasemon jenenge wong yaiku Kebo Marcuwet lan Kebo Ijo, nuduhake wong sing kurang akal, ning sugih okol. Kabeh nuduhake watak jugul, sing asor, tanpa nalar.

Kapindho, watak jegal. Yaiku watak wantune wong Jawa sing uga ora adoh seka kebo. Wong bodho iku adate seneng njegal. Njegal, tegese niat ala supaya wong liya tiba krungkeb. Sokur bage wong sing kejegal njungkel njempalik. Wong dijegal biasane nggon sikil, ditarik peksa, nganti awake ora imbang, saengga tiba senggoyoran. Patrap wong sing seneng njegal, adate kedayan seka rasa meri, drengki, srei, jail methakil.

Pengalamanku, tau dijegal sakayange dening priyagung sing goblog. Tukang njegal iku sok tuwuh rasa greteten. Pijer golek-golek, pasang kala. Persis jagal arep njegal sapi sing arep dibeleh. Dheweke seneng yen ana wong liya susah. Tuladhane, angger ana kanca arep munggah pangkat, dipetani lupute. Anggone metani luput srana nggolek-nggolek perkara, watone bisa njegal wong liya. Wing sing kulina njegal, lumrahe atine metu wulune. Dheweke lumuh kungkulan drajat, pangkat, lan kasugihane.

Yen ana wong liya arep munggah jabatan, disogroki, disrimpeti seka kiwa tengen. Kareben wong mau ora sida nampa kabegjan. Upama klakon entuk kabegjan, yen bisa digawe angel lan suwe. Niat ala sok wis muncul seka wong sing kepengin njegal.

Ing lakon kethoprak Minakjingga Lena, uga asring tinemu jegal-jegalan. Jegal-jegalan mau kaperbawan seka nafsu angkara budi candhala. Jaman Layang Seta karo Layang Kumitir njegali Damarwulan, wis cetha banget. Niat bureng wis cetha njedhul seka wong kang emoh kungkulan sabarang gawe. Sing paling ndayani watak njegal yaitu dayaning watak amarah. Yaiku watak pengin nelukake wong liya. Yen perlu dhirine sing paling hebat, paling senior, paling sugih, lan paling super sadonya. Watak njegal kuwi adate sugih kemonah, julig. Dheweke seneng apus krama. Uga seneng dolanan ukara, tembunge alus, yen ing ngarep sok katon sumadulur, ning jebul ing mburi nggretheli. Ing mburi ngagar-agari pedhang.

Katelu, watak jagal. Watake wong Jawa siji iki mbebayani banget. Merga, dheweke kedunungan sipat tegelan. Jagal, tegese wong sing tegel nyawang luntake getih. Mula, yen wis duwe rasa serik, jagal mono sok tega marang patine liyan. Yen watak njegal, isih kasinungan unen-unen tega larane ora tega patine, watak jagal saya tega patine. Pati ing kene ora mesthi ilange nyawa. Nangin klebu ilange gegayuhan, supaya wong liya pepes bebayune.

Akeh wong Jawa sing tegel merjaya liyan kanthi nyanthet, mitenah. Ana meneh sing tegel nabok nyilih tangan. Mula seka iku, watak jagal kuwi asring ngincim. Yen guru/dosen kedunungan watak jagal, asring duwe jiwa killer (pembunuh). Bijine siswa/mahasiswa digawe ala. Kepiye wae, jagal iku pancen ngrugekake liyan. Jagal mono, uga seneng njegal. Jagal sing jugul saya meneh, sok golek alesan entek golek kurang amek. Rumangsane, pribadine kaya apik-apika dhewe. Sing dadi gelah-gelahing jagad kuwi, watak Jawa jugul, seneng njegal, lan ketambahan njagal. Wong liya pijer dadi mungsuh. Gumunku, wong sing watak ngono mau sok awet urip. Tobil anak kadhal, wonge kakeyan pokil seneng njegal.

Minggu, 12 Agustus 2012

Sederhananya lagu-lagu lama

Lagu-lagu lama, terutama lagu anak-anak jaman dahulu, cenderung sederhana baik lirik, bait maupun irama lagunya. Coba perhatikan:

BINTANG KECIL
Bintang kecil di langit yang tinggi
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan menari
Jauh tinggi ke tempat kau berada

LIHAT KEBUNKU
Lihat kebunku penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari kusiram semua
Mawar melati semuanya indah

Lagu anak-anak tahun 1970an pun masih terbilang sederhana:

CICAK
Cicak cicak di dinding
Diam diam merayap
Datang seekor nyamuk
Hap, lalu ditangkap

PELANGI
Pelangi, pelangi, alangkah indah mu
Merah kuning hijau di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan
Pelangi, pelangi, ciptaan Tuhan