dipindahkan dari yohanesss.multiply.com 20 September 2006
Persiapan keberangkatan sudah semakin lengkap. Kami beli 2 kopor besar, yang per buahnya sudah 7 kg sendiri beratnya. Padahal dengar-dengar dari Rotarian calon host parent anakku, tiap kopor cuma boleh berbobot 23 kg. Sedangkan menurut informasi, China Airlines memperbolehkan sampai 32 kg. Bingung juga nih. Akhirnya tanpa mau membuang resiko, sebagian isi kopor yang berupa souvenir kami tinggal di rumah. Meskipun demikian bobot masing-masing kopor tetap lebih dari 23 kg, cuma kali ini lebihnya 1 sampai 2 kg saja dengan catatan kalau nanti memang dibatasi 23 kg ya kelebihannya dikeluarkan dan ditinggal saja.
Tanggal
26 Agustus pagi-pagi buta kami sudah bangun untuk naik pesawat Garuda
yang berangkat jam 6.20 pagi. Tiba di Jakarta jam 7.30 pagi. Setelah
mencari sarapan kami luntang-lantung di bandara selama 3 jam lebih. Oh
ya, dari Yogya ada 2 orang pelajar lain yang berangkat bersamaan dengan
anakku. Sekitar jam 10 datang satu anak lagi yang rumahnya di Bekasi.
Jadi anakku berangkat berempat. Untunglah nggak berangkat sendirian.
Sekitar
jam 11 mereka mulai masuk untuk mengurus tiket dan bebas fiskal. Dan
ternyata berat kopor tidak melebihi batas. Jadi betul 32 kg bukan 23 kg.
Wah nyesel juga banyak barang yang ditinggal di rumah.
Waktu
itu kami para orang tua tidak boleh ikut masuk. Nah setelah selesai
mengurus, ternyata mereka sudah tidak sempat keluar lagi. Jadilah
kami-kami para orang tua ini main suap sama petugas. Lumayan, satu orang
kena Rp 50.000. Dan caranya pintar, tidak mencolok mata, yaitu petugas
yang di pintu masuk akan meneriaki temannya di belakang screener, “Pak
Anu…. Tolong bapak ini dibantu.” Rupanya itu suatu kode. Jadi setelah
melewati screener, HPku dipegang oleh Pak Anu tadi, dan baru diserahkan
kembali setelah aku tukar dengan lembaran biru.
Yah,
di dalam para orang tua memberi cium perpisahan pada anak-anaknya
masing-masing. Kami masih sempat melihat mereka di pemeriksaan terakhir
di customs. Setelah itu barulah air mata yang tadinya ditahan-tahan
tertumpah. Mami-mami tentu lebih banyak menangis. Bahkan ada satu mami
yang setelah keluar masih nangis berat. Akhirnya suaminya pun tidak
tahan dan ikut menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar