Tradisi Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek atau Sin Cia lebih dari sekedar urusan ang pau. Sin Cia
adalah perayaan menyambut musim semi. Tibanya musim semi dirasakan
sebagai sesuatu yang membawa kegembiraan, simbol tumbuhnya sesuatu yang
baru dan memberikan harapan baru dalam hidup. Itulah mengapa Sin Cia disebut juga sebagai Chun Jie / Spring Festival. Perayaan Sin Cia dimulai pada hari pertama bulan kesatu (zheng yue) berdasar penanggalan tradisional Tionghoa, dan berakhir pada hari ke lima belas (lebih dikenal sebagai Lantern Festival / yuan xiao jie / cap go meh).
Merah adalah warna dominan pada perayaan Sin Cia.
Merah identik dengan kebahagiaan, merah juga simbol dari kebaikan
hati, kebenaran dan ketulusan hati. Selain itu bunyi karakter “merah”
atau “hung” identik dengan karakter “makmur.” Itulah mengapa
warna merah menjadi warna kesukaan masyarakat Tionghoa, apalagi pada
masa perayaan Sin Cia.
Selain dari itu, menurut legenda, ribuan tahun silam ada makhluk ganas yang disebut sebagai Nien / Nian. Nien
selalu datang ke desa-desa setiap hari pertama diawal tahun untuk
memangsa hewan peliharaan, hasil panen, bahkan penghuni desa terutama
anak-anak. Untuk melindungi diri, penghuni desa menyediakan makanan di
depan rumah mereka untuk Nien. Setelah menyantap makanan yang disediakan, Nien akan pergi. Suatu waktu, mereka melihat Nien ketakutan melihat anak kecil berbaju merah.
Sejak saat itulah timbul kebiasaan untuk menggunakan / menempel kertas merah di rumah setiap Sin Cia. Selain itu penghuni desa juga membakar petasan (berwarna merah dan juga mengeluarkan bunyi) untuk menghalau Nien. Sejak saat itu Nien tidak berani datang mengganggu penduduk desa. Akhirnya Nien ditaklukan dan ditangkap oleh Hongjun Laozu (pendeta Daoist) dan dirubah menjadi gunung Hangjun Laozu.
Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam menyambut dan merayakan Sin Cia:
Membersihkan rumah:
Sebelum tibanya tahun baru, sangat penting untuk memastikan rumah
dalam kondisi bersih secara paripurna. Simbolisme membersihkan rumah
dari semua ketidak beruntungan dari tahun lalu.
Mendekor rumah:
Pintu dan jendela di cat ulang (umumnya dan traditionally dengan warna
merah). Selain itu pintu dan jendela di tempeli dengan kertas yang
bertuliskan kata atau kalimat bermakna baik. Yang paling umum dan
favorit ialah kertas dengan karakter “fu” atau “keberuntungan” Tidak sedikit yang sengaja menempelkannya secara terbalik. Kata “terbalik” kalau diucapkan ialah “dao” yang juga berarti “tiba,” jadi maknanya menjadi “keberuntungan tiba” atau “fu dao.”
Membeli pakaian dan sepatu baru, menggunting rambut juga dilakukan sebagai manifestasi dari membuang kesialan dan awal baru yang baik
Makan malam reuni (nien yue fan)
bersama seluruh anggota keluarga pada malam sebelum tahun baru. Ini
sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun
baru. Malam sebelum Sin Cia dikenal sebagai “chuxi” yang artinya “malam pergantian tahun.”
Melunasi utang:
Kebiasaan untuk melunasi (paling tidak, mengurangi jumlah) utang
sebelum Sin Cia dilandasi pada kepercayaan agar di tahun baru nanti
kehidupan tidak dibebani dengan banyak utang.
Memberikan ang pau: Tradisi memberikan ang pau / lai see /hong bao / fung bao
kepada anak.-anak merupakan simbol dari “meneruskan” keberuntungan
kepada generasi berikutnya.Umumnya pasangan yang sudah menikah dan orang
tua memberikan kepada yang lebih muda dan belum menikah.
Ang pau juga dikenal dengan sebutan ya sui qian
yang artinya “uang untuk menghilangkan roh jahat.”Jumlah uang yang
diberikan harus genap (dihitung dari digit pertama) misalnya 20, 40, 60,
dan seterusnya. Untuk ang pau tidak boleh angka ganjil (30, 50, 70, dan seterusnya) karena angka ganjil diberikan untuk bai pao (uang yang diberikan saat melayat kematian).
Memasang hiasan bunga Mei. Bunga Mei /Mei Hua /Plum Blossom
merupakan bunga yang mekar pada musim semi, simbol dari adanya harapan
pada saat susah dan penuh tantangan. Bunga Mei adalah simbol dari
musim semi.
Menyiapkan dan menghidangkan makanan-makanan khas Sin Cia:
* Nian Gao atau kue keranjang. Disebut kue keranjang karena cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti kue. Gao
juga homonim dengan kata “tinggi”, itulah mengapa kue keranjang sering
disusun tinggi/bertingkat-tingkat. Makna di balik ini ialah
pengharapan agar rezeki dan kemakmuran akan semakin tinggi. Pada masa
silam, semakin tinggi susunan nian gao maka semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut.
* Ikan merupakan hidangan favorit, apalagi di hari Sin Cia. Ikan adalah simbol rezeki karena bunyi karakter “ikan (yu)” sama seperti karakter :”berlebih.” Makanya ada ungkapan “nian nian you yu” yang artinya “setiap tahun berlebih (rezekinya).”
* Bakmi,
hidangan wajib yang juga favorit ini disajikan tanpa putus dari ujung
awal ke ujung akhir (dalam satu untaian panjang). Ini simbol dan
harapan agar dikaruniai panjang umur.”
* Yu Sheng atau Yee Sang adalah hidangan salad ikan, yang dipercaya sebagai hidangan yang dapat membawa keberuntungan.
* Jeruk Bali. Dalam bahasa Mandarin, buah jeruk disebut sebagai “ji”
yang homonin dengan kata “selamat,” Jeruk Bali merupakan jenis jeruk
yang berukuran paling besar, jadi berarti “besar selamat alias amat
selamat.” Dipilih yang masih ada daun di dekat buahnya, yang berarti
“amat selamat nya akan terus bertumbuh/berlangsung sepanjang tahun.”
Selain jeruk Bali, jeruk dari jenis Mandarin dan Sunkist juga menjadi favorit. Warnanya yang kuning (mirip warna emas) menyimbolkan kemakmuran.
* Aneka permen dan makanan kecil manis lainnya. Semuanya ini agar kehidupan senantiasa “manis” pada tahun baru mendatang.
Selama perayaan Sin Cia, terdapat beberapa hal yang ditabukan
Menyapu
dianggap dapat “menyapu” rezeki keluar dari rumah, memecahkan barang
juga berarti “memecahkan” kebahagiaan dalam hidup. Begitu pula dengan
penggunaan benda tajam (pisau, gunting), dianggap tidak baik karena
dapat “memotong” keberuntungan. Itulah sebabnya aktivitas di atas
diusahakan tidak dilakukan/terjadi pada saat Sin Cia.
15 Hari Perayaan Tahun Baru
Secara tradisional, perayaan Sin Cia berlangsung selama 15 hari, kegiatan yang dilakukan adalah:
Hari ke-1,
sejak tengah malam menjelang Sin Cia, upacara sembahyang menyambut
kedatangan dewa-dewi dilakukan. Pintu, jendela dibuka, lampu-lampu
dinyalakan. Agar keberuntungan tahun baru masuk dan kehidupan terang
sepanjang tahun. Upacara menyambut tahun baru juga banyak dilakukan di
rumah-rumah ibadah. Hari ini, pakaian baru dikenakan, yang lebih muda
mencari yang lebih tua di keluarga dan mengucapkan “Xin Nian Kuai Le (Mandarin) / Sin Ni Khoai Lok (Hokkian) / San Nin Faai Lok (Cantonese)”yang artinya “Selamat Tahun Baru.” Sudah menjadi tradisi, orang tua akan memberikan ang pau
kepada anak-anaknya. Yang lebih tua juga memberikan ang pau kepada
yang lebih muda. Hari pertama ini aktivitas dan kunjungan umumnya
difokuskan kepada keluarga inti dan dekat.
Hari ke-2,
hari dimana melakukan sembahyang kepada dewa-dewi dan leluhur.
Mengucap syukur atas berkah dan lindungan yang diberikan. Mengenang
leluhur yang sudah tiada, yang mana tanpa mereka tidak akan ada diri
kita. Bagi pebisnis dari etnik Cantonese (Kong fu), hari ini mereka melakukan doa “Hoi Nin”
dengan pengharapan agar bisnis mereka lebih berkembang dan sukses dan
memulai aktivitas bisnis lagi. Hari ini juga dipakai untuk mengunjungi
dan bersilahturahmi dengan handai taulan dan sahabat.
Hari ke-3 dan ke-4,
umumnya kedua hari ini kurang “diminati” dan dianggap tidak baik untuk
menyambangi sahabat dan relasi, juga tidak “bagus” untuk memulai
aktivitas bisnis. Latar belakang nya ialah karena :
1. Kedua hari ini dikenal sebagai “chi kou,” yang artinya “mudah terlibat perdebatan”, penyebabnya karena hidangan goreng yang dikonsumsi selama kedua hari pertama Sin Cia.
2. Keluarga yang salah satu anggota dekatnya meninggal selama 3 tahun
terakhir tidak akan keluar rumah, ini sebagai penghormatan kepada
almarhum/mah. Jadi hari ketiga Sin Cia umumnya dipakai untuk berziarah ke kuburan, mendoakan anggota keluarga yang sudah tiada.
Hari ke-5, bagi komunitas yang berada atau berasal dari Tiongkok Utara, hari ini mereka menyantap jiao ze (dumpling).pada pagi hari kelima ini. Hari ini dikenal sebagai “po wu” atau “break five.”
Hari ini juga adalah hari ulang tahun Dewa Kekayaan, jadi bagi yang
percaya akan melakukan sembahyang khusus bagi Dewa Kekayaan. Umumnya
hari ini semua kegiatan bisnis sudah buka dan dimulai lagi. Aktivitas
menyapu sudah diperkenankan lagi.
Hari ke-6, diisi dengan mengunjungi rumah ibadah, famili dan teman yang masih belum sempat ditemui.
Hari ke-7, disebut sebagai “ren ri”
atau “hari ulang tahun semua orang.” Hari ini dianggap sebagai hari
dimana semua orang bertambah usianya. Hari dimana hidangan yu sheng (salad ikan) disantap. Orang-orang akan berkumpul dan bersama-sama melambungkan yu sheng dan berharap agar kekayaan dan kemakmuran yang tinggi dan berkesinambungan. Yu sheng kalau diucapkan sama bunyinya dengan “bertambah surplusnya.”
Hari ke-8, bagi orang-orang Hokkian, hari ini mereka mengadakan makan malam reuni lagi.
Hari ke-9, Hari ulang tahun Dewa Jade Emperor, jadi saatnya untuk memanjatkan doa dan mengucapkan selamat ulang tahun bagi Dewa Jade Emperor. Hari ke-9 ini disebut-sebut juga sebagai hari Sin Cia-nya orang Hokkian. Ini disebabkan pada hari ini orang Hokkian melakukan sembahyang mengucap syukur kepada Thian
(Tuhan) dengan sajian utamanya adalah tebu. Tebu dipakai dan
diperingati, karena berabad-abad silam suku Hokkian dapat selamat dari
pembantaian dengan bersembunyi di perkebunan tebu.
Hari ke-10 sampai hari ke-12, hari-hari meneruskan perayaan Sin Cia dengan keluarga dan sahabat.
Hari ke-13, hari dimana makanan vegetarian (cia cai) dikonsumsi. Ini perlu dilakukan untuk “membersihkan” perut setalah dua minggu mengkonsumsi aneka makanan.
Hari ke-14, dipakai untuk menyiapkan diri untuk perayaan Cap Go Meh.
Hari ke-15, menandakan malam dengan bulan purnama yang pertama kalinya setelah Sin Cia, makanya disebut juga sebagai yuan xiao jie (malam pertama bulan purnama) atau Cap Go Meh (dialek Hokkian). Makan malam reuni diadakan lagi. Tang yuen (semacam onde dengan isi), simbolisme dari bulan purnama dan kebersamaan dikonsumsi.
Selama Cap Go Meh,
lampion menjadi hiasan utama. Orang-orang membawa lampion dan berdoa
di rumah ibadah. Perayaan ini diasosiasikan sebagai membimbing roh-roh
jahat dan tersesat agar dapat “kembali” ke sang Pencipta. Juga sebagai
sarana untuk menciptakan hubungan yang baik antara individu, keluarga,
alam semesta dan sang Pencipta agar cahaya/ terang (baca: kebaikan)
selalu menyertai kita selama setahun..
Demikianlah perayaan Sin
Cia diawali pada bulan baru di hari pertama dan berakhir pada bulan
purnama di hari ke lima belas adalah tradisi dan perayaan yang kaya dan
sarat dengan makna yang adhi luhur dan positif. Bukan sekedar hura-hura
dan urusan memberikan ang pau saja.
“Xin Nian Kuai Le, Wan She Ru Yi” berarti “Selamat Tahun Baru, Semoga Semua Urusan Lancar.” “Gong Xi Fa Cai berarti “Selamat Tahun Baru, Semoga Sejahtera” adalah dua dari banyak ucapan selamat yang umum didengar selama perayaan Sin Cia.
“Selamat Sin Cia bagi yang merayakan, Semoga kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan selalu menyertai kita semua. Gong Xi Fa Cai!”.
(Artikel karangan Suhana)
Pernah saya tulis di blog saya yohanesss.multiply.com bulan Januari tahun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar