Minggu, 19 Agustus 2012

Tidak jadi tewas

pemindahan dari yohanesss.multiply.com


Serasa hampir tewas gara-gara ibu dan anak (bagian 2)

Pulang dari Panti Rapih, setelah sedikit makan siang ala kadarnya (karena tidak selera), akupun tidur agak lama. Sekitar jam 3 siang ada telepon yang diterima oleh isteriku. Tampaknya ada seseorang yang menelepon dan menanyakan keadaanku. Setelah terbangun aku tanyakan siapa itu. Isteriku menjawab “Mbak Wiwit.”

Hah, Mbak Wiwit sampai sebegitu perhatiannya menelepon aku, padahal seingatku aku tadi tidak kirim sms kepadanya. Yang aku sms adalah Mbak Hida dengan pertimbangan siapa tahu dokter ginuk-ginuk ini bisa memberikan jalan keluar. Wah, makasih banget ya Mbak Wiwit. (Mungkin Mbak Hida yang nyebarin berita.)

Sore sampai malam aku mencoba duduk di kantor. Setiap beberapa saat terasa ada rasa panas yang menggelegak di tengkukku. Kalau sudah begitu kepala terasa lemas dan badan mau jatuh. Makanya aku cuma duduk bersender saja.

Aku tidur semalaman, dan paginya (he he he, dasar bandel) bangun pagi lagi, bikin kopi lagi, MP- an lagi. Walaupun kepala masih ngliyeng aku tidak mau diam. Jam 9 aku paksakan pergi ke bank, walaupun yang nyetir isteriku, dan setiap kali jalan aku harus digandeng. Hari itu aku sudah merasa lebih baik. Bahkan sore harinya bisa datang ke rumah kakakku (cuma di sebelah rumah) untuk ikut makan rame-rame karena anaknya kumpul semua, dan salah satu cucunya ulang tahun. Salah satu keponakan berkomentar memang pernah merasa ngeliyeng ketika minum obat batuk cap ibu dan anak.

Tanggal 4 Juli (hari kemerdekaan Amerika Serikat). Aku merasa lebih fit. Siang hari kami jadi berangkat dari bandara Adisucipto jam 3 siang, sampai di Cengkareng satu jam kemudian. Lalu luntang-lantung beberapa jam di sana, sampai adiknya isteriku datang menjemput. Kami makan malam dulu di Hotel Sheraton tempat dia menginap. Lalu kembali lagi ke bandara. Akhirnya tiba saat kami harus melepas Liva berangkat. Setelah itu kami naik taksi menuju Hotel Ibis di Mangga Dua. Itu sudah lewat tengah malam.

Bangun tidur pagi sudah dapat sms dari Liva bahwa dia sudah sampai di bandara Narita. Kemudian dia dijemput dan pindah ke bandara Haneda. Pagi hari sehabis sarapan, kami cek out. Sambil menunggu saat berangkat ke bandara, kami mondar-mandir di Mangga Dua. Bahkan kami masih sempat kulakan di Pasar Pagi. Terkadang kepalaku masih terasa seperti kosong, melayang, oleng, wah tidak ada bahasa yang tepat untuk mengungkapkannya. Akhirnya tibalah saatnya kami pulang dengan menumpang Mandala. Kapok dengan Lion, karena tempo hari pernah di-delay satu jam. Sudah gitu penumpang suka dipindah dari ruang tunggu yang satu ke ruang tunggu yang lain.

Malam Minggu, sampai di rumah, ya terus bobok sampai pagi. Hari Minggu bobok seharian. Senin sudah lebih segar. Selasa pagi aku sudah berani nyetir mobil ambil majalah di agen. Pulangnya mampir di laboratorium Pramita, periksa darah, urine, ECG dll. Aku tuh paling takut kalau periksa darah. Melihat darahku disedot perutku bisa mual. Dan seumur hidup aku baru sekali mendonorkan darahku yaitu ketika mama masuk rumah sakit.

Hasil pemeriksaan diambil keesokan harinya. Hasil pada umumnya bagus. Yah paling tidak rekaman jantungku dinyatakan baik. Yang buruk hanya profil lemak yaitu:
a. Cholesterol totalku = 274 (padahal batas tingginya 200-239) wow !!!
b. Trigliserida ku = 347 (padahal batas tingginya 150-199) wah wah wah !!!
c. HDL ku cuma 37 (padahal normalnya harus di atas 40)
d. Sebaliknya LDL ku 151 (padahal normalnya 100-129) hmm !!!

Aku konsultasi sama dokter cantik, namanya dokter Monaliza (he he he)
Kesimpulannya ya aku harus banyak olah raga (padahal nggak pernah sama sekali), mengurangi makan lemak dan karbohidrat, dan macam-macam nasehat yang sayangnya nggak aku catat, jadi banyak yang sudah terlupa. Untuk itu aku berniat balik lagi menemui sang dokter cantik untuk membuat catatan tentang hal-hal yang harus aku lakukan atau tidak lakukan untuk memperbaiki pola hidupku.

Dan akupun sempat menggumamkan lagu
Andai ku tahu kapan tiba ajalku…….
(ih serem ya)

Nggak juga sih. Setiap kehidupan pasti ada akhirnya, cuma kita tidak pernah tahu kapan hidup kita berakhir.
Tapi aku masih ingin hidup lebih lama setidak-tidaknya jangan sampai anakku pas ada di luar negeri, terus tiba-tiba aku mati, kan dia dengan sedih hati terpaksa harus pulang sebelum waktunya.

Aku juga masih ingin hidup lebih lama setidak-tidaknya sampai aku bisa melunasi hutang-hutangku dan memberikan jaminan atau warisan kepada isteri dan anakku.

Aku bahkan juga masih ingin hidup lebih lama lagi agar aku bisa mencapai sukses di bisnis yang sedang aku rintis. Siapa tahu aku tidak sukses sendirian tapi bisa mengajak banyak teman yang lain untuk sama-sama menikmati sukses dari bisnis ini.
Semoga...
Semoga...
Semoga...
(NB: Masih ingin juga makan-makan sate Samirono bersama Mbak Wiwit, Mbak Hida dll he he he)

Tidak ada komentar: