Jumat, 17 Agustus 2012

Provinsi Banten

Provinsi Banten


Provinsi Banten merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat
Nama Provinsi : Banten
Tanggal Berdiri (Hari Jadi) : 4 Oktober 2000
Dasar Pendirian : UU No. 23 Tahun 2000
Ibukota : Serang
Luas Wilayah : ± 9.160,70 km²
Letak Geografis : 5°-7° Lintang Selatan dan 105°-106° Bujur Timur
Terletak di Pulau Jawa
Jumlah Daerah Tingkat II : 7 Kabupaten / Kota
Data dikutip dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Banten
Provinsi Banten
Alamat Kantor Gubernur: Jl. K.H. Syam’un No. 5, Serang, Banten
Telepon: 0254-217070, 220416
Fax: 0254-220417
Email: 
Website: http://www.bantenprov.go.id
 
Daerah Tingkat II nya:
1. Kabupaten Lebak (ibukotanya Rangkasbitung)
2. Kabupaten Pandeglang (ibukotanya Pandeglang)
3. Kabupaten Serang (ibukotanya Baros)
4. Kabupaten Tangerang (ibukotanya Tigaraksa)
5. Kota Cilegon (ibukotanya Cilegon)
6. Kota Serang (ibukotanya Serang)
7. Kota Tangerang (ibukotanya Tangerang)

Lambang Provinsi Banten:

Lambang daerah Banten berbentuk sebuah perisai. Dalam perisai itu terlukis sebuah pintu gerbang atau gapura. Di bagian tengah ada gambar menara Masjid Agung Banten yang dilingkari oleh padi dan kapas di kiri dan kanannya. Di bagian bawah terdapat gambar gelombang air dan gerigi dan di tengahnya terdapat landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta.

Makna Lambang:
Kubah Masjid melambangkan kultur masyarakat yang agamis. Bintang bersudut lima melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menara Mesjid Agung Banten melambangkan semangat tinggi yang berpedoman pada petunjuk Allah SWT.
Gapura Kaibon melambangkan Daerah Provinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia, perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era globalisasi.
Padi berwarna kuning berjumlah 17 dan kapas berwarna putih berjumlah 8 tangkai, 4 kelopak berwarna coklat, dan 5 kuntum bunga menunjukkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17-8-1945.
Gunung berwarna hitam melambangkan kekayaan alam.
Badak bercula satu yang merupakan fauna khas daerah Banten melambangkan masyarakat yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran. Laut berwarna biru dengan gelombang putih berjumlah 17 melambangkan daerah maritim, kaya dengan potensi lautnya.
Gerigi berwarna abu-abu berjumlah 10 menunjukkan orientasi semangat kerja pembangunan dan sektor industri.
Dua garis marka berwarna putih menunjukkan landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta. Lampu bulatan kuning (beacon light) melambangkan pemacu semangat mencapai cita-cita.
Pita berwarna kuning melambangkan ikatan persatuan dan kesatuan masyarakat Banten.
Arti warna:
Merah = keberanian
Putih = suci, arif, bijaksana
Kuning = kemuliaan, lambang kejayaan dan keluhuran
Hitam = keteguhan, kekuatan dan ketabahan
Abu-abu = ketabahan
Biru = kejernihan, kedamaian dan ketenangan
Hijau = kesuburan
Coklat = kemakmuran
Semboyan “IMAN TAQWA” sebagai landasan pembangunan menuju Banten Mandiri.
Maju dan Sejahtera “Darussalam”.

Pahlawan Banten

Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.

Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).

Riwayat Perjuangan :


Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1682. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.

Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan de Saint Martin.

Tidak ada komentar: