Jumat, 17 Agustus 2012

Provinsi Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan


Nama Provinsi : Kalimantan Selatan
Tanggal Berdiri (Hari Jadi) : 7 Desember 1956
Dasar Pendirian : UU No. 25 tahun 1956
Ibukota : Banjarmasin
Luas Wilayah : ± 36.985 km²
Jumlah Penduduk : 3.054.129 (sensus tahun 2002)
Letak Geografis : ?°??’ - ?°?’ Lintang Selatan dan ?°-?° Bujur Timur
Terletak di Pulau Kalimantan
Jumlah Daerah Tingkat II : 13 Kabupaten dan Kota
Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan
Alamat: Jalan Jendral Sudirman 14, Banjarmasin
Telepon : 0511-53457, 54983, 53470
Fax : 0511-64197, 56073
Email : 
Website : http://www.kalsel.go.id
 Daerah Tingkat II nya:
1. Kabupaten Balangan
2. Kabupaten Banjar
3. Kabupaten Barito Kuala
4. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
5. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
6. Kabupaten Hulu Sungai Utara
7. Kabupaten Kotabaru
8. Kabupaten Tanah Laut
9. Kabupaten Tabalong
10. Kabupaten Tanah Bumbu
11. Kabupaten Tapin
12. Kota Banjarbaru
13. Kota Banjarmasin
 (Peta diambil dari website KPU)

Lambang Provinsi: Waja Sampai Kaputing
Lambang daerah Provinsi Kalimantan Selatan adalah "PARISAI" dengan warna dasar merah dan hijau, bergaris sisi dengan warna kuning.
Parisai (Perisai), adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan kewaspadaan mempertahankan diri dari konsekwen.
Warna merah, adalah lambang keberanian dan kepahlawanan yang gagah perkasa, menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam menuju "masyarakat adil dan makmur' yang diridhoi Allah".
Warna Kuning, adalah lambang kesuburan dan harapan bagi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dihari yang akan datang.
Di dalam Perisai terdapat lukisan-Iukisan :
Bintang berwarna Kuning Emas, adalah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan mengetahui segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Rumah berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, adalah lambang suatu unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan.
Warna Hitam, adalah lambang bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai kebulatan tekad dan keunggulan kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional.
Intan, adalah lambang penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan pula sumber mata pencaharian penduduk Kalimantan Selatan.
Warna Putih berkilap memancar, adalah lambang bahwa penduduk Kalimantan Selatan kalau dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan kemajuan serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju pada kemuliaan dan keagungan Bangsa Indonesia.
Buah Padi dan Batang Karet, adalah lambang penghasilan dan sumber kehidupan bagi terbesar penduduk Kalimantan Selatan.
Buah Padi sebanyak 17 buah, Intan dengan 8 (delapan) pancaran dan Batang Karet sebanyak 1 pohon dengan bergaris 9 yang tersusun 4 disebelah kiri, 5 disebelah kanan. Merupakan susunan angka 17 8 1945 yaitu hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tulisan berupa "WAJA SAMPAI KAPUTING” adalah lambang bahwa penduduk Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala sesuatu dengan penuh rasa kesanggupan dan konsekuen tanpa berhenti di tengah jalan.

Pahlawan Kalimantan Selatan : Pangeran Antasari
 
Beliau sempat melakukan peperangan dengan Belanda pada abad ke 19. Belanda melaksanakan perang kolonialnya, antara lain dengan maksud melakukan annexasi wilayah Kalimantan Selatan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah nasional, Banjarmasin merupakan pusat kesultanan yang cukup maju. Tapi pada permulaan abad ke 19, relatif mereka sudah dikuasai pihak Belanda. Ketika Sultan Adam (1825-1857) meninggal dunia, Belanda mengangkat cucunya yaitu Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan. Putra Sultan Adam yaitu Pangeran Abdulrachman, ayah Tamjidillah, telah meninggal lebih dahulu pada tahun 1852. Pengangkatan ini rupanya menimbulkan masalah, karena Ibu Tamjidillah adalah orang Cina yang merupakan hal amat memberatkan masyarakat muslim untuk dapat menerimanya. Apakah ini berkaitan soal sara barangkali, tentunya perlu dilakukan penelitian kearah itu. Tapi rupanya keberatan lain pada pengangkatan Tamjidillah, adalah kesenangannya pada minuman keras dan bermabuk-mabukan. Rupanya kalangan umum lebih menyukai putra Abdulrachman yang lain yaitu Pangeran Hidayatullah. Dia selain putra dari Ibu bangsawan, juga berperangai baik. Tetapi Tamjidillah sudah didukung dan ditetapkan Belanda sebagai suksesor. Keruwetan politik dalam negeri Kesultanan banjar ini ahirnya menimbulkan meletusnya Perang banjar selama 4 tahun (1859 – 1863). Pada periode konflik fisik itulah, yaitu pada tahun 1859, muncul seorang pangeran setengah baya yang telah disingkirkan haknya, memimpin perlawanan terhadap Belanda. Dialah Pangeran Antasari yang lahir tahun 1809. Pangeran berwajah ganteng ini, telah bekerja sama dengan para petani. Dua tokoh pimpinan kaum petani saat itu Panembahan Aling dan Sultan Kuning, telah membantu Antasari untuk melancarkan serangan besar-besaran. Mereka menyerang pertambangan batubara Belanda dan pos-pos misionaris serta membunuh sejumlah orang Eropah. Sehingga pihak Kolonial mendatangkan bantuan besar-besaran. Antasari kemudian bergabung dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Marthapura, Barito, Pleihari, kahayan, Kapuas, dan lain-lain. 
Mereka bersepakat mengusir Belanda dari Kesultanan Banjar. Maka perang makin menghebat, dibawah pimpinan Pangeran Antasari. Pernah pihak Belanda mengajak berunding, tetapi Pangeran Antasari tidak pernah mau. Daerah pertempurannya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pada tahun 1862 Pangeran Antasari merencanakan suatu serangan besar-besaran terhadap Belanda, tetapi secara mendadak, wabah cacar melanda daerah Kalimanatan Selatan, Pangeran Antasari terserang juga, sampai ia meninggal pada 11 Oktober 1862 di bayan Begak, Kalimantan Selatan. Kemudian ia dimakamkan di Banjarmasin. Perlawanan orang Banjar ahirnya bisa mulai ditumpas pada tahun 1860, meskipun untuk ini dibutuhkan beaya sangat besar. Lalu sejak saat itu, pihak Kolonial menghapus kerajaan Banjar, Namun demikian pertempuran masih berlangsung terus dan baru berahir secara total pada tahun 1863. Setelah Antasari wafat, kepemimpinan rakyat Banjar dilanjutkan oleh keturunan dan kerabatnya. Sebagaimana ditulis dalam Banjarmasin Post, 19 Agustus 2006, rupanya gambar yang menjadi referensi wajah untuk lukisan pada uang kertas yang akan datang itu, masih disangsikan kebenarannya. Tidak kurang janda almarhum pelulkisnya yang bernama Hasan Salman, menyatakan bahwa lukisan itu fiktif dan merupakan campuran dari 5 wajah orang. Nyatakah Pangeran Antasari ?. Tentu saja, bukankah ada makamnya !. Lalu kenapa tidak ada foto atau lukisan dirinya itu ?. Inilah pentingnya sejarah kita, sejarah nasional yang harus ditekuni penelitiannya dengan baik. Supaya jasa orang yang katanya amat besar ini dapat dilestarikan bagi anak cucu. (RSH)

Tidak ada komentar: